Camel kuning, ungu dan sebungkus terea.
Ini adalah salah satu bagian dari buku tentang kehidupan dengan bab berjudul “Hangatnya memberi jingga pada biru” yang mungkin adalah sebuah penghargaan atas akumulasi poin dari bab sebelumnya yang berjudul “Amarah,rasa takut dan kesedihan”. Dan ya tulisan ini untuk kalian yang menghiasi semarang yang sebelumnya terasa sepi dan membosankan.
“Menurut lo duluan bangku apa meja?”
“Besok mendingan bikin pabrik rokok apa liquid?”
“Pusing banget dosen pembimbing gue ngga jawab-jawab”
Obrolan ringan, celetukan aneh, atau keluhan yang seringkali membawa topik yang menyenangkan meskipun kadang “Kita kalo kelamaan nongkrong ngga ada topik soalnya”.
Meskipun kalian orang bukan orang baru, kalian orang yang sama yang mengisi warna pada bangku sekolah menengah atas, dan perihal kita yang hidup di penguhujung masa remaja menuju dewasa dengan banyaknya permasalahan rumit antara romansa, keluarga, dan diri sendiri yang terkadang kita bagi pada suatu malam di kedai kopi. Berkat kita yang masih merasa seperti remaja akhir-akhir ini dinginnya musim penghujan terasa lebih hangat berkat hadirnya kalian.
Mungkin pada dua empat akan banyak hal yang berubah dan sedikit banyaknya terlintas pertanyaan mendalam yang sedikit ringan pada malam di kedai kopi itu,
“Kalau kehidupan kalian dijadikan buku kira-kira akan menjadi apa judulnya?”
Aku dan jawabanku pada malam itu memang benar adanya , namun keberadaan kalian akan menjadi salah satu episode dari banyaknya isi dalam buku tersebut. Mungkin episode ini tak begitu menarik dimata lain, tapi setidaknya bagiku episode ini berisi penawar dari episode sebelumnya, dan akan menjadi episode yang akan selalu aku baca dan ingat untuk setiap momen yang akan aku lewati kedepannya.
Meskipun aku juga tak tahu banyak arti dari keberadaanku dalam lingkungan ini, aku hanya senang menjadi bagian didalamnya. Aku nyaman dengan berbagi segelas minum, sebungkus rokok dan sepiring makanan.
Dan,
Senin sibuk tak lagi terasa melelahkan,
Jumat tak lagi terasa biasa saja dan selalu kunantikan,
Sabtu tak lagi berisi bingung,
Serta minggu yang tak lagi terasa menyebalkan.
Entah sampai kapan pertemanan ini akan berlangsung. Seperti kata Tulus pada lirik lagunya tetapi untuk kali ini setidaknya bagiku tak melulu soal cinta tapi kali ini aku memilih untuk mencerna liriknya dalam konteks pertemanan “Ini bukan yang pertama tapi ini paling menarik” dan bagiku ini kurang lebih berarti soal sunyi kota semarang pada malam-malam sebelumnya terbuka lembaran baru tentang hari yang kita isi dengan nyanyian, atau obrolan ringan dan sedikit berat di kedai kopi.
Dan seperti kehidupan yang terus berlanjut tentunya satu persatu kita juga akan mengangkatkan kaki dari kota ini dan kembali ke alur cerita masing-masing. Soal kenyataan dalam kehidupan “Mereka datang dan pergi” jika saatnya pergi tiba, akan aku sambut dengan sebuah karangan bunga. Bahwa saat itu tiba kita bisa mulai berbahagia melanjutkan episode baru dari buku tentang kehidupan dan bahwa ketika saat itu tiba kita akan saling merayakan satu sama lain dan berbahagia alan datangnya hari baru.
Dan soal rindu pada puluhan tahun yang akan datang, akan kuingat lagi untuk setiap momen yang ada dan mungkin hari ketika aku rindu hanya akan datang pada 1 dari 7, 1 dari 30, 1 dari 365 atau bisa saja itu adalah 7 dari 7, 30 dari 30, dan 365 dari 365. Dunia dan kehidupan memang penuh dengan ketidakpastian namun aku akan selalu bersyukur mengenal dan hangat dengan kalian.